NALANDA FOUNDATION

Kelemahan “Kekuatan Paritta”

Kelemahan “Kekuatan Paritta”

(Oleh: Majaputera Karniawan, Mahasiswa STAB Nalanda Semester III )

Apa itu Paritta ??

Paritta (Pāli), Pirit/Pirith (Sinhala), atau paritrana (Sansekerta) bermakna “Perlindungan”, adalah khotbah-khotbah Sang Buddha yang kuat bilamana bisa dihafal, mengulang paritta dapat mempercepat masak dan berbuahnya akibat perbuatan baik (kusala kamma vipāka) dan membuat akibat perbuatan buruk (akusala kamma vipāka) terhambat masaknya (Yayasan Sangha Theravada Indonesia, dalam Dhammadhīro 2011:XV). Paritta rata-rata diambil dari khotbah-khotbah Sang Buddha dimasa lampau, sebagai contoh Aṅgulimāla Paritta yang terkenal untuk mengharapkan keselamatan ibu hamil dan anaknya dengan pernyataan kebenaran Arahant Yang Mulia Aṅgulimāla, paritta itu diambil dari Majjhima Nikāya 86 Aṅgulimāla Sutta. Demikian juga dengan Āṭānāṭiya Paritta yang terkenal untuk memohon bantuan kepada empat raja dewa dan para yakkha perkasa agar terbebas dari gangguan yakkha-yakkha atau mahluk-mahluk halus jahat lainnya, paritta ini diambil dari Dīgha Nikāya 32 Āṭānāṭiya Sutta. Walau ada pula gatha gubahan siswa atau penganut ajaran Buddha, salah satunya Pattidāna gatha yang merupakan gubahan YM. Phra Chorm Klao Chao Yoo Hua, pendiri Dhammayuttika Nikāya, Raja IV Muang Thai. (Dhammadhīro 2011:122).

 

Ternyata Paritta juga punya kelemahan

Dalam kitab Milindapañha 5.2.4. Maccupāsamutti pañha, YM. Bhikkhu Nagasena memberitahukan kepada Raja Milinda bahwa kekuatan paritta hanya dimaksudkan bagi mereka yang masih memiliki sisa porsi kehidupan, beliau juga menegaskan bahwa tidak ada upacara maupun sarana buatan yang dapat memperpanjang kehidupan seseorang yang jangka waktu kehidupannya telah habis. Kemudian beliau  juga menegaskan bahwa paritta hanya melindungi bagi beberapa orang saja, bukan bagi semua orang, paritta yang merupakan perlindungan bagi para mahluk akan kehilangan kekuatannya karena cacat yang dibuat mereka sendiri, karena ada 3 alasan paritta tidak bekerja, yaitu:

  1. Halangan karena Kamma/Perbuatan masa lalu (kammā-varaṇena).
  2. Halangan karena kekotoran batin masa kini (kilesā-varaṇena).
  3. Halangan karena kurangnya keyakinan (asadda-hanatāya).

Selain itu ada faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kekuatan paritta (Yayasan Sangha Theravada Indonesia, dalam Dhammadhīro 2011:XV), yaitu:

  1. Saddhā, keyakinan yang kuat terhadap Dhamma.
  2. Sīla, memiliki moralitas yang baik.
  3. Mettā, cinta kasih universal yang berkembang.
  4. Sacca, kebenaran dalam mengungkapkan Dhamma.
  5. Vācā, pengucapan yang benar dan hapal dengan baik.

Maka dari itu seseorang perlu mengembangkan kelima faktor ini apabila ingin membuat paritta berfungsi maksimal. Paritta yang dibaca dengan ragu-ragu maka efektifitasnya berkurang. Jika pembaca paritta tidak bermoral, tidak menutup kemungkinan kekotoran batinnya disaat ini menghalangi fungsi paritta. Tanpa cinta kasih maka pemancaran Mettā seperti dalam Khanda paritta akan sia-sia saja. Ada beberapa paritta yang mengutarakan pernyataan kebenaran kita seperti Saccakiriya gāthā, jika kita menyimpangi apa yang dibacakan, maka paritta menjadi sia-sia saja. Demikian juga dengan pengucapan, perhatikan pembacaan tanda baca agar pemaknaan arti paritta tidak berubah.

 

Apakah hanya dengan baca Parrita harapan kita bisa terkabul ??

Dalam membacakan paritta, tentu mengandung harapan yang ingin diwujudkan si pembaca paritta sebagaimana ritual doa dalam agama lainnya. Namun Sang Buddha menegaskan bahwa itu saja tidak cukup!

Dalam Aṅguttara Nikāya 5.43. Iṭṭha Sutta, Sang Buddha menegaskan bahwa ada lima hal yang diharapkan, yaitu umur panjang (āyu), kecantikan (vaṇṇa), kebahagiaan (sukhaṃ), kemasyhuran (yasa), alam surga (saggā). Kelima hal itu Buddha tegaskan tidak dapat diperoleh melalui doa-doa (āyācana) atau aspirasi-aspirasi (pengharapan, patthanā), Karena Jika kelima hal ini dapat diperoleh melalui doa-doa atau aspirasi-aspirasi, siapakah yang akan kekurangan sesuatu? Dalam sutta ini, Sang Buddha menjelaskan bahwa siswa mulia yang menginginkan umur panjang … alam surga seharusnya tidak berdoa demi umur panjang … alam surga, melainkan harus berusaha secara aktif untuk memperoleh itu semua.

“…Seorang siswa mulia yang menginginkan umur panjang harus mempraktikkan jalan yang mengarah pada umur panjang. Karena ketika ia mempraktikkan jalan yang mengarah pada umur panjang, maka hal itu akan mengarah pada diperolehnya umur panjang, dan ia memperoleh umur panjang apakah surgawi atau pun manusiawi.” (Kutipan Aṅguttara Nikāya 5.43. Iṭṭha Sutta).

Doa-doa, puji-pujian, dan harapan yang dilantunkan kembali dipertegas oleh Sang Buddha Tidak dapat membuat seseorang mencapai alam surga, melainkan apa yang diperbuatnya melalui 10 jalan perbuatan baik (Dasa kusala-kammapathā) yang membawa seseorang menuju alam surga dan melalui apa 10 jalan perbuatan buruk (Dasa akusala-kammapathā) yang membawa seseorang terlahir kealam neraka. Beliau menjelaskannya dengan perumpamaan berikut dalam Saṃyutta Nikāya 42.6. Asibandhakaputta Sutta.

“Misalkan, kepala desa, seseorang menenggelamkan sekendi ghee atau sekendi minyak ke dalam kolam air yang dalam dan memecahkannya. Pecahan dan kepingannya akan tenggelam, tetapi ghee atau minyaknya akan terapung. Kemudian sekelompok orang datang bersama dan berkumpul di sekelilingnya, dan mereka berdoa dan melantunkan puji-pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, dan berkata: ‘Tenggelamlah, ghee atau minyak yang baik! Mengendaplah, ghee atau minyak yang baik! Turunlah ke bawah, ghee atau minyak yang baik!’ Bagaimana menurutmu, kepala desa? Karena doa dari kelompok orang itu, karena puji-pujian mereka, karena mereka mengelilinginya sebagai penghormatan, akankah ghee atau minyak itu tenggelam atau turun ke bawah?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Demikian pula, kepala desa, jika seseorang yang menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari melakukan hubungan seksual yang salah, menghindari berkata bohong, menghindari berkata-kata yang dapat memicu perpecahan, menghindari berkata kasar, menghindari bergosip, seorang yang tidak tamak, tanpa kebencian, dan dan menganut pandangan benar, bahkan walaupun sekelompok orang datang dan berkumpul di sekelilingnya dan mereka akan berdoa dan melantunkan puji-pujian dan mengelilinginya sebagai penghormatan, berkata: ‘Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, semoga orang ini terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka.’ tetap saja, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, orang itu akan terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.” (Kutipan Saṃyutta Nikāya 42.6. Asibandhakaputta Sutta)

Doa-doa, dan aspirasi-aspirasi (pengharapan) juga bukan kunci dalam memperoleh buah atau hasil dari kehidupan suci, melainkan dengan menggunakan metode praktek Dhamma yang benar lah (Jalan mulia berunsur 8 yaitu pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar) yang menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh buah kehidupan suci. Sang Buddha menegaskan hal ini dalam Majjhima Nikāya 126. Bhūmija Sutta, dalam sutta ini beliau juga memberikan berbagai perumpamaan berpasangan mengenai hal ini diantaranya adalah:

Misalkan seseorang memerlukan api, mencari api, berkeliling mencari api, mengambil kayu-api sebelah atas dan menggosok sepotong kayu bergetah yang basah dengan kayu api itu. Kemudian, jika ia beraspirasi … jika ia tidak beraspirasi … jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi … jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga tidak akan dapat memperoleh api apapun. Mengapakah? Karena cara melakukan demikian bukanlah metode yang benar untuk memperoleh api. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan salah … mereka juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun. Mengapakah? Karena jalan salah bukanlah metode yang benar untuk memperoleh buah.

… Misalkan seseorang memerlukan api, mencari api, berkeliling mencari api, mengambil kayu-api sebelah atas dan menggosok sepotong kayu kering tanpa getah dengan kayu api itu. Kemudian, jika ia beraspirasi … jika ia tidak beraspirasi … jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi … jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan dapat memperoleh api. Mengapakah? Karena cara melakukan demikian adalah metode yang benar untuk memperoleh api. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar … mereka juga akan dapat memperoleh buah. Mengapakah? Karena jalan benar adalah metode yang benar untuk memperoleh buah.

 

Jadi ???

Paritta bermakna “Perlindungan”, adalah khotbah-khotbah Sang Buddha yang kuat bilamana bisa dihafal, mengulang paritta dapat mempercepat masak dan berbuahnya akibat kamma baik (kusala kamma vipāka) dan membuat akibat kamma buruk (akusala kamma vipāka) terhambat masaknya. Paritta diyakini memiliki efektivitas yang mampu memberikan pengaruh dan akibat-akibat baik apabila dilantunkan, namun ada sejumblah kelemahan yang membuat paritta menjadi tidak berfungsi dan ada beberapa keterbatasan yang tidak dapat dijangkau dengan kekuatan paritta sebagaimana tabel dibawah ini. Dengan demikian, setelah mengetahui kelemahan-kelemahan paritta tersebut, sebaiknya umat Buddha berusaha melengkapi kelemahan-kelemahan yang dapat dilengkapi agar paritta dapat berfungsi maksimal dan mengetahui keterbatasan-keterbatasan kekuatan paritta agar tidak kecewa apabila apa yang diharapkan tidak terwujud, juga membaca paritta saja tidak cukup! Seseorang harus juga berusaha secara aktif agar memperoleh apa yang diharapkan, bukan hanya dengan membaca paritta atau doa-doa saja, karena apabila bisa mendapatkan apa yang diinginkan dengan hanya membaca paritta, maka siapa yang akan kekurangan sesuatu? Maka dari itu bekerja dan berusaha dengan cara yang benar juga tidak dapat dikesampingkan sebagai penentu keberhasilan yang utama.

 

Kelemahan-kelemahan Kekuatan Paritta

No.

Kelemahan

Sumber

1 Hanya dimaksudkan bagi mereka yang masih memiliki sisa porsi kehidupan

Milindapañha 5.2.4. Maccupāsamutti pañha

2 Tidak dapat memperpanjang umur kehidupan
3 Tidak efektif apabila ada halangan karena Kamma/Perbuatan masa lalu (kammā-varaṇena).
4 Tidak efektif apabila ada halangan karena kekotoran batin masa kini (kilesā-varaṇena).
5 Tidak efektif apabila ada halangan karena kurangnya keyakinan (asadda-hanatāya).

Milindapañha 5.2.4. Maccupāsamutti pañha dan Dhammadhīro 2011:XV

6 Memiliki kekuatan bila dapat dihafal dengan baik

Dhammadhīro 2011:XV

7 Faktor memiliki Sīla mempengaruhi, yakni moralitas yang baik.
8 Faktor Mettā mempengaruhi, yakni cinta kasih universal yang berkembang.
9 Faktor Sacca mempengaruhi, yaitu kebenaran dalam mengungkapkan Dhamma.
10 Faktor Vācā mempengaruhi, yaitu pengucapan yang benar dan hapal dengan baik.
11 Umur panjang (āyu), kecantikan (vaṇṇa), kebahagiaan (sukhaṃ), kemasyhuran (yasa), alam surga (saggā) tidak dapat diperoleh dengan hanya memanjatkan doa-doa dan pengharapan (termask paritta), melainkan harus berusaha aktif dan mempraktekan jalan yang mengarah kesana.

Aṅguttara Nikāya 5.43. Iṭṭha Sutta

12 Tidak membuat seseorang memperoleh alam surga, melainkan apa yang diperbuat melalui 10 jalan perbuatan baik (Dasa Kusala-kammapathā) yang membawa seseorang menuju alam surga.

Saṃyutta Nikāya 42.6. Asibandhakaputta Sutta

13 Tidak membuat seorang petapa memperoleh buah atau hasil dari kehidupan suci, melainkan dengan menggunakan metode praktek Dhamma yang benar lah (Jalan mulia berunsur 8) yang menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh buah kehidupan suci.

Majjhima Nikāya 126. Bhūmija Sutta

 

 

Daftar Pustaka

Dhammadhīro Mahāthera, Bhikkhu. 2011. PARITTA SUCI Kumpulan Wacana Pāli untuk Upacara

dan Pūjā. Jakarta. Penerbit Yayasan Saṅgha Theravāda IndonesiaVihāra Jakarta Dhammacakka Jaya.

Samaggi Phala, 2016. Milinda Panha. Diakses melalui portal http://samaggi-phala.or.id/naskah-

dhamma/bab-sembilan/ pada 2 desember 2018 pukul 10:33.

SuttaCentral (Offline Legacy Version), 2005. Aṅguttara Nikāya, Diakses 2 Desember 2018 pukul

12:00.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top